Panduan Lengkap Budidaya Udang Dengan Tambahan Produk Organik NASA
Nur Haryono Selasa, 27 Juni 2017 Budidaya Udang, Budidaya Udang Windu, Panduan Budidaya Udang Windu, Teknis Budidaya Udang
Udang merupakan komoditas yang penting dalam dunia perikanan, karena nilai ekonominya yang tinggi. Ada 2 jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu UDANG WINDU (Penaeus monodon) dan UDANG VANEMEI (Lithopenaeus Vannamei).
PT. NATURAL NUSANTARA sejak tahun 2002 telah mempunyai paket teknologi organik (ramah lingkungan) yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian) untuk meningkatkan produktivitas sekaligus melestarikan kawasan budidaya tambak udang.
Berikut ini adalah beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan dalam budidaya udang.
1. Lokasi Lahan
Lokasi lahan yang baik untuk budidaya udang adalah daerah pantai dengan tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
Ada air payau dengan salinitas 0 - 33 ppt dengan suhu optimal 26 - 30°C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah. Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk, obat-obatan dan lainnya. Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau Generator sendiri.
2. Berdasarkan intensitas dan padat tebarnya, budidaya udang dibedakan menjadi:
Tambak Udang Tradisional
Dengan ciri biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum menggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur dan padat tebar rendah.
Tambak semi Intensif
Dengan ciri lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetai masih berupa petakan yang luas ( 1 - 3 ha/petakan ), padat penebaran masih rendah, pembuatan pakan buatan masih sedikit.
Tambak Intensif
Dengan ciri lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil (kurang dari 1 ha), padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, pupuk serta program pakan yang baik.
PENGOLAHAN LAHAN TAMBAK UDANG
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan budidaya, wajib hukumnya dilakukan pengolahan lahan yang meliputi:
Pengangkatan Lumpur
Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut dikeluarkan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
Pembalikan Tanah
Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah yang membunuh bibit penyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
Pengapuran
Untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit dilakukan dengan kapue Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 500kg/ha atau sesuai keasaman tanah.
Pengeringan
Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit-bibit penyakit.
Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara) dan TANGGUH Probiotik (TAPRO) untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberikan TON dosis 2,5 kg/hektar dan Probiotik TANGGUH dosis 2-3 liter/hektar. Caranya masukkan sejumlah TON & TAPRO ke dalam air, kemudian aduk hingga larut, siramkan secara merata keseluruh areal lahan tambak.
Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10 - 25 cm dan biarkan 3 hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan saponen bisa 42325dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 300kg/ha.
PEMILIHAN BENUR
Benur (Benih Urang/Udang) yang baik mempunyai tingkat kehidupan (survival Rate/SR) yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Penebaran benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30 - 40 cm.
Penebaran benur dilakukan hati-hati karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru.
Tahap penebaran benur adalah:
Adaptasi suhu
Plastik wadah benur direndam selama 15 - 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di tambak dan di dalam plastik.
Adaptasi Udara
Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 - 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
Adaptasi Kadar Garam/Salinitas
Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan sanilitas air tambak.
Pengeluaran Benur
Dilakukan degan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak dengan hati-hati dan perlahan.
PEMELIHARAAN UDANG
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka.
Pada bulan pertama yang harus diperhatikan adalah kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kualitas dan kestabilan air, setiap penambahan air baru atau maksimal 15 hari sekali diberi perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha dan Probiotik TANGGUH dosis ½ liter/ha.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui perkembangan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang per-kg) 250 - 300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7 - 10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasal dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Seloit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha.
Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha.
Mulai umur 60 hari keatas, yang harus diperhatikan adalah managemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh dan kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1 kg/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah stress yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.
PAKAN UDANG
Pakan udang ada 2 macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga, dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet.
Pada budidaya semi intensif apaladi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami tidak akan cukuo yang mengakibatkan pertumbuhan udang yang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pakan pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000 - 166 adalah 3 jam, size 166 - 66 adalah 2.5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian. Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan VITERNA Plus, POC NASA dan HORMONIK yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 1 tutup botol (10cc)/2-3 kg pakan. Untuk meratakan campuran, bisa ditambah dulu dengan air secukupnya.
PANEN UDANG
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) atau karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur lebih dari 90 hari, dengan size normal rata-rata 40 - 50.
Sedangkan panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/Bintik Putih).
Selain itu ada panen parsial, yaitu untuk mengurangi populasi/kepadatan udang. Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baika dalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar.
Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.
PENYAKIT UDANG
Penyakit-penyakit pada udang walaupun penyebab langsungnya adalah infeksi agen pembawa penyakit, namun pemicunya adalah penurunan kualitas air. Oleh karena itu pemberian TON secara rutin ke air tambak dengan dosis 1 - 2kg/ha tiap 15 hari sekali mutlak harus dilakukan. Akan lebih baik lagi juga disertai dengan pemberian Probiotik TANGGUH dosis 500 cc/ha yang berperan menguraikan bahan organik menjadi bahan tidak beracun. Selain itu kapur dolomit atau zeolit juga harus diberikan pada saat tertentu yang memerlukan, miisalnya setelah air baru, setelah hujan, pada saat udang mengambang dll.
Demikianlah Panduan Lengkap Budidaya Udang Teknologi Organik NASA untuk meningkatkan produktivitas secara maksimal, Semoga bermanfaat...
Nur Haryono Selasa, 27 Juni 2017 Budidaya Udang, Budidaya Udang Windu, Panduan Budidaya Udang Windu, Teknis Budidaya Udang
Udang merupakan komoditas yang penting dalam dunia perikanan, karena nilai ekonominya yang tinggi. Ada 2 jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu UDANG WINDU (Penaeus monodon) dan UDANG VANEMEI (Lithopenaeus Vannamei).
PT. NATURAL NUSANTARA sejak tahun 2002 telah mempunyai paket teknologi organik (ramah lingkungan) yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian) untuk meningkatkan produktivitas sekaligus melestarikan kawasan budidaya tambak udang.
Berikut ini adalah beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan dalam budidaya udang.
1. Lokasi Lahan
Lokasi lahan yang baik untuk budidaya udang adalah daerah pantai dengan tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
Ada air payau dengan salinitas 0 - 33 ppt dengan suhu optimal 26 - 30°C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah. Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk, obat-obatan dan lainnya. Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau Generator sendiri.
2. Berdasarkan intensitas dan padat tebarnya, budidaya udang dibedakan menjadi:
Tambak Udang Tradisional
Dengan ciri biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum menggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur dan padat tebar rendah.
Tambak semi Intensif
Dengan ciri lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetai masih berupa petakan yang luas ( 1 - 3 ha/petakan ), padat penebaran masih rendah, pembuatan pakan buatan masih sedikit.
Tambak Intensif
Dengan ciri lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil (kurang dari 1 ha), padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, pupuk serta program pakan yang baik.
PENGOLAHAN LAHAN TAMBAK UDANG
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan budidaya, wajib hukumnya dilakukan pengolahan lahan yang meliputi:
Pengangkatan Lumpur
Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut dikeluarkan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
Pembalikan Tanah
Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah yang membunuh bibit penyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
Pengapuran
Untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit dilakukan dengan kapue Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 500kg/ha atau sesuai keasaman tanah.
Pengeringan
Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit-bibit penyakit.
Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara) dan TANGGUH Probiotik (TAPRO) untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberikan TON dosis 2,5 kg/hektar dan Probiotik TANGGUH dosis 2-3 liter/hektar. Caranya masukkan sejumlah TON & TAPRO ke dalam air, kemudian aduk hingga larut, siramkan secara merata keseluruh areal lahan tambak.
Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10 - 25 cm dan biarkan 3 hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan saponen bisa 42325dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 300kg/ha.
PEMILIHAN BENUR
Benur (Benih Urang/Udang) yang baik mempunyai tingkat kehidupan (survival Rate/SR) yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Penebaran benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30 - 40 cm.
Penebaran benur dilakukan hati-hati karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru.
Tahap penebaran benur adalah:
Adaptasi suhu
Plastik wadah benur direndam selama 15 - 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di tambak dan di dalam plastik.
Adaptasi Udara
Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 - 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
Adaptasi Kadar Garam/Salinitas
Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan sanilitas air tambak.
Pengeluaran Benur
Dilakukan degan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak dengan hati-hati dan perlahan.
PEMELIHARAAN UDANG
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka.
Pada bulan pertama yang harus diperhatikan adalah kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kualitas dan kestabilan air, setiap penambahan air baru atau maksimal 15 hari sekali diberi perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha dan Probiotik TANGGUH dosis ½ liter/ha.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui perkembangan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang per-kg) 250 - 300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7 - 10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasal dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Seloit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha.
Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha.
Mulai umur 60 hari keatas, yang harus diperhatikan adalah managemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh dan kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1 kg/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah stress yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.
PAKAN UDANG
Pakan udang ada 2 macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga, dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet.
Pada budidaya semi intensif apaladi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami tidak akan cukuo yang mengakibatkan pertumbuhan udang yang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pakan pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000 - 166 adalah 3 jam, size 166 - 66 adalah 2.5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian. Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan VITERNA Plus, POC NASA dan HORMONIK yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 1 tutup botol (10cc)/2-3 kg pakan. Untuk meratakan campuran, bisa ditambah dulu dengan air secukupnya.
PANEN UDANG
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) atau karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur lebih dari 90 hari, dengan size normal rata-rata 40 - 50.
Sedangkan panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/Bintik Putih).
Selain itu ada panen parsial, yaitu untuk mengurangi populasi/kepadatan udang. Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baika dalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar.
Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.
PENYAKIT UDANG
Penyakit-penyakit pada udang walaupun penyebab langsungnya adalah infeksi agen pembawa penyakit, namun pemicunya adalah penurunan kualitas air. Oleh karena itu pemberian TON secara rutin ke air tambak dengan dosis 1 - 2kg/ha tiap 15 hari sekali mutlak harus dilakukan. Akan lebih baik lagi juga disertai dengan pemberian Probiotik TANGGUH dosis 500 cc/ha yang berperan menguraikan bahan organik menjadi bahan tidak beracun. Selain itu kapur dolomit atau zeolit juga harus diberikan pada saat tertentu yang memerlukan, miisalnya setelah air baru, setelah hujan, pada saat udang mengambang dll.
Demikianlah Panduan Lengkap Budidaya Udang Teknologi Organik NASA untuk meningkatkan produktivitas secara maksimal, Semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar